Minggu, 13 April 2014


Konsep Mengenal Diri

Dalam kehidupan sehari-hari adakalanya semangat kita naik turun. Dalam kondisi tertentu kita berada dalam sebuah keadaan di mana semangat kita sedang berkobar dengan sangat hebatnya. Semangat yang dirasa begitu menggebu-gebu, seakan tidak akan ada yang bisa menghentikan setiap langkah-langkah kita. Namun pada kondisi tertentu adakalanya semangat itu turun bahkan menuju titik yang paling rendah.
Bagaimana supaya hidup kita selalu bersemangat? Merasa selalu berarti dan tidak hampa. Salah satu caranya adalah dengan mengenal diri kita sendiri. Dengan kata lain, kita harus memahami siapa sebenarnya diri kita.
Ada beberapa ungkapan yang akan membuat kita bisa mengenal diri sendiri. Di antaranya adalah :
a.    Hakikat hidup kita adalah sendiri
Hakikatnya hidup kita adalah sendiri. Artinya bahwa apa yang kita pikirkan dalam hati kita, orang lain tidak akan tahu. Orang-orang terdekat pun tidak akan tahu. Hanya Allah yang tahu.
Firman Allah :
QS. Maryam ayat 95
Dan setiap orang dari mereka akan datang kepada Allah sendiri-sendiri pada hari kiamat.

Kita akan datang menghadap Allah di hari kiamat sendirian. Begitu pula jika kita meninggal. Di alam kubur kita berada dalam kesendirian.
Hakikat hidup kita yang sendiri ini haruslah melahirkan kesadaran bahwa hidup kita hanya berharap pada Allah. Faktanya, bila kita berharap pada manusia acapkali akan membuahkan kekecewaan.


Firman Allah :
QS. Al-Insyiraah ayat 8
Dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap.

b.    Hidup kita tidak sendiri
Kita selalu memiliki masalah dalam hidup ini, dilelahkan dan disibukkan dengan berbagai urusan. Kita juga harus sadar bahwa oranglain niscaya memiliki masalah. Dalam konteks ini, maka kita tidaklah memiliki keistimewaan. Dengan demikian, dalam kehidupan ini kita tidaklah sendiri.
Firman Allah :
QS. Ali Imran ayat 140
Jika kamu mendapat luka, maka mereka pun mendapat luka yang serupa.

Hidup kita yang tak sendiri harus melahirkan kesadaran bahwa kita bukan orang yang berstatus “PALING”. Paling pintar, paling kaya, atau paling susah, paling menderita. Padahal kita tidak perlu begitu. Ingatlah bahwa diatas langit masih ada langit. Apapun keadaan kita yang jelas kita harus menjadi orang yang bertakwa. Mengapa demikian? Karena kemuliaan manusia terletak pada ketakwaan, bukan pada kekayaan dan kepintaran, tidak juga pada kehinaan dan kenistaan, serta bukan pada terletak pada kesusahan dan penderitaan manusia.
Firman Allah :
QS. Al-Hujurat ayat 13
Sungguh yang paling mulia dianatara kamu disisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh Allah Maha Mengetahui Maha teliti.

   Berusahalah senantiasa menjadi orang yang bertakwa dengan apa yang kita miliki. Insya Allah, kita akan menjadi orang yang mulia di sisi Allah, dan mahluk-mahluk-Nya.
c.   Jangan menyendiri
   Rasulullah SAW. Mengibaratkan bahwa serigala itu akan menerkam kambing yang terpisah dari kelompiknya. Artinya, manusia yang banyak dan sering menyendiri cenderung akan mendapatkan godaan setan yang besar. Dengan demikian, kemungkinan untuk terjerumus pada perbuatan dosa dan maksiat pun akan semakin besar. Karena itu, kita jangan pernah menyendiri. Kita harus melahirkan kesadaran bahwa dalam hidup ini harus bersama, berjamaah, dan bermasyarakat.
Hidup berjamaah dan bermasyarakat akan membuat hidup kita lebih bernilai daripada hidup sendiri. Tapi, tentu saja kita harus selektif dalam memilih komunitas. Singkat kata, dalam menjalani kehidupan ini kita harus bersama dengan orang-orang benar dan jujur. Jangan bersama dan berjamaah dengan orang-orang yang berbuat jahat.
Firman Allah :
QS. At-taubah ayat 119
Wahai orang-orang beriman bertakwalah kepada Allah dan bersamalah kamu dengan orang-orang yang benar.

Berjamaah, bermasyarakat, atau hidup bersama merupakan fitrah dan kebutuhan hidup manusia dalam hidup ini.

d.    Hidup kita bukan untuk diri kita sendiri
Eksistensi hidup manusia dirancang agar memiliki manfaat bagi orang lain. Orang tua untuk anaknya. Guru untuk muridnya. Pedagang untuk pembeli. Pejabat untuk rakyatnya, dan seterusnya. Konsep hidup kita bukanlah individualisme, akan tetapi harus mampu melahirkan kesadaran bahwa hidup ini kita harus bermanfaat bagi orang lain. Maka nilai manusia sangat terletak pada tingkat manfaatnya pada yang lain.
Rasul bersabda :
Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia yang lain.
(HR. Addaruqutni)

Karena itu mari kita berlomba untuk menjadi manusia yang paling bermanfaat bagi orang lain sesuai dengan kemampuan yang kita miliki. Dengan tenaga, lisan, harta, dan ilmu kita serta potensi lainnya. Dengan demikian, Insya Allah kita akan menjadi manusia berpredikat terbaik dihadapan Allah SWT.

e.    Semua akan kembali pada diri kita sendiri
Walaupun hidup kita untuk oranglain secara nilai, pahala dan dosanya akan kita tanggung sendiri. Kita pulalah yang akan menanggung dan merasakan balasannya.
Firman Allah :
QS. Fussilat ayat 46
Barang siapa mengerjakan kebaikan maka pahalanya untuk dirinya sendiri dan barang siapa berbuat jahat/ dosa maka dosanya menjadi tanggungan dirinya sendiri. Dan tuhanmu sama sekali tidak menzalimi hamba-hambanya.

   Sejatinya konsep semua perbuatan kita akan kembali pada diri sendiri. Dengan begitu, kita harus melahirkan kesaaran bahwa kebaikan yang kita peroleh datang dari Allah. Sebaliknya keburukan yang dialami seseorang disebabkan oleh dirinya sendiri. Maka kita jangan pernah menyalahkan orang lain. Tapi, introspeksi dirilah lalu perbaiki diri agar tidak terulang lagi.
Firman Allah :
QS. An-nisa ayat 79
Kebaikan apapun yang kamu peroleh itu dari sisi Allah dan keburukan apapun yang menimpamu itu dari dirimu sendiri.  Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada manusia. Dan cukuplah Allah yang menjadi saksi.

   Bersyukurlah kita ketika mendapat kebaikan serta bersabar dan perbaikilah diri ketika memperoleh keburukan. Dengan demikian , kita akan  mampu menjadi lakon kehidupan ini sesuai tuntunan Allah dan rasul-Nya.