Konsep Mengenal
Diri
Dalam
kehidupan sehari-hari adakalanya semangat kita naik turun. Dalam kondisi
tertentu kita berada dalam sebuah keadaan di mana semangat kita sedang berkobar
dengan sangat hebatnya. Semangat yang dirasa begitu menggebu-gebu, seakan tidak
akan ada yang bisa menghentikan setiap langkah-langkah kita. Namun pada kondisi
tertentu adakalanya semangat itu turun bahkan menuju titik yang paling rendah.
Bagaimana
supaya hidup kita selalu bersemangat? Merasa selalu berarti dan tidak hampa.
Salah satu caranya adalah dengan mengenal diri kita sendiri. Dengan kata lain,
kita harus memahami siapa sebenarnya diri kita.
Ada
beberapa ungkapan yang akan membuat kita bisa mengenal diri sendiri. Di
antaranya adalah :
a.
Hakikat hidup
kita adalah sendiri
Hakikatnya hidup kita
adalah sendiri. Artinya bahwa apa yang kita pikirkan dalam hati kita, orang
lain tidak akan tahu. Orang-orang terdekat pun tidak akan tahu. Hanya Allah
yang tahu.
Firman Allah :
QS. Maryam ayat 95
Dan setiap orang dari mereka akan
datang kepada Allah sendiri-sendiri pada hari kiamat.
Kita akan datang
menghadap Allah di hari kiamat sendirian. Begitu pula jika kita meninggal. Di
alam kubur kita berada dalam kesendirian.
Hakikat hidup kita yang sendiri ini
haruslah melahirkan kesadaran bahwa hidup kita hanya berharap pada Allah.
Faktanya, bila kita berharap pada manusia acapkali akan membuahkan kekecewaan.
Firman Allah :
QS. Al-Insyiraah ayat 8
Dan hanya kepada Tuhanmulah engkau
berharap.
b.
Hidup kita
tidak sendiri
Kita selalu memiliki
masalah dalam hidup ini, dilelahkan dan disibukkan dengan berbagai urusan. Kita
juga harus sadar bahwa oranglain niscaya memiliki masalah. Dalam konteks ini,
maka kita tidaklah memiliki keistimewaan. Dengan demikian, dalam kehidupan ini
kita tidaklah sendiri.
Firman Allah :
QS. Ali Imran ayat 140
Jika kamu mendapat luka, maka mereka
pun mendapat luka yang serupa.
Hidup kita yang tak
sendiri harus melahirkan kesadaran bahwa kita bukan orang yang berstatus
“PALING”. Paling pintar, paling kaya, atau paling susah, paling menderita.
Padahal kita tidak perlu begitu. Ingatlah bahwa diatas langit masih ada langit.
Apapun keadaan kita yang jelas kita harus menjadi orang yang bertakwa. Mengapa
demikian? Karena kemuliaan manusia terletak pada ketakwaan, bukan pada kekayaan
dan kepintaran, tidak juga pada kehinaan dan kenistaan, serta bukan pada terletak
pada kesusahan dan penderitaan manusia.
Firman Allah :
QS. Al-Hujurat ayat 13
Sungguh yang paling
mulia dianatara kamu disisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh
Allah Maha Mengetahui Maha teliti.
Berusahalah senantiasa menjadi orang yang
bertakwa dengan apa yang kita miliki. Insya Allah, kita akan menjadi orang yang
mulia di sisi Allah, dan mahluk-mahluk-Nya.
c. Jangan
menyendiri
Rasulullah SAW. Mengibaratkan bahwa serigala
itu akan menerkam kambing yang terpisah dari kelompiknya. Artinya, manusia yang
banyak dan sering menyendiri cenderung akan mendapatkan godaan setan yang
besar. Dengan demikian, kemungkinan untuk terjerumus pada perbuatan dosa dan
maksiat pun akan semakin besar. Karena itu, kita jangan pernah menyendiri. Kita
harus melahirkan kesadaran bahwa dalam hidup ini harus bersama, berjamaah, dan
bermasyarakat.
Hidup berjamaah dan
bermasyarakat akan membuat hidup kita lebih bernilai daripada hidup sendiri.
Tapi, tentu saja kita harus selektif dalam memilih komunitas. Singkat kata,
dalam menjalani kehidupan ini kita harus bersama dengan orang-orang benar dan
jujur. Jangan bersama dan berjamaah dengan orang-orang yang berbuat jahat.
Firman Allah :
QS. At-taubah ayat 119
Wahai orang-orang beriman bertakwalah
kepada Allah dan bersamalah kamu dengan orang-orang yang benar.
Berjamaah,
bermasyarakat, atau hidup bersama merupakan fitrah dan kebutuhan hidup manusia
dalam hidup ini.
d.
Hidup kita
bukan untuk diri kita sendiri
Eksistensi hidup
manusia dirancang agar memiliki manfaat bagi orang lain. Orang tua untuk
anaknya. Guru untuk muridnya. Pedagang untuk pembeli. Pejabat untuk rakyatnya,
dan seterusnya. Konsep hidup kita bukanlah individualisme, akan tetapi harus
mampu melahirkan kesadaran bahwa hidup ini kita harus bermanfaat bagi orang
lain. Maka nilai manusia sangat terletak pada tingkat manfaatnya pada yang
lain.
Rasul bersabda :
Sebaik-baik manusia adalah yang paling
bermanfaat bagi manusia yang lain.
(HR. Addaruqutni)
Karena itu mari kita
berlomba untuk menjadi manusia yang paling bermanfaat bagi orang lain sesuai
dengan kemampuan yang kita miliki. Dengan tenaga, lisan, harta, dan ilmu kita
serta potensi lainnya. Dengan demikian, Insya Allah kita akan menjadi manusia
berpredikat terbaik dihadapan Allah SWT.
e.
Semua akan
kembali pada diri kita sendiri
Walaupun hidup kita
untuk oranglain secara nilai, pahala dan dosanya akan kita tanggung sendiri.
Kita pulalah yang akan menanggung dan merasakan balasannya.
Firman Allah :
QS. Fussilat ayat 46
Barang siapa mengerjakan kebaikan maka
pahalanya untuk dirinya sendiri dan barang siapa berbuat jahat/ dosa maka
dosanya menjadi tanggungan dirinya sendiri. Dan tuhanmu sama sekali tidak
menzalimi hamba-hambanya.
Sejatinya konsep semua perbuatan kita akan
kembali pada diri sendiri. Dengan begitu, kita harus melahirkan kesaaran bahwa
kebaikan yang kita peroleh datang dari Allah. Sebaliknya keburukan yang dialami
seseorang disebabkan oleh dirinya sendiri. Maka kita jangan pernah menyalahkan
orang lain. Tapi, introspeksi dirilah lalu perbaiki diri agar tidak terulang
lagi.
Firman Allah :
QS. An-nisa ayat 79
Kebaikan apapun yang kamu peroleh itu
dari sisi Allah dan keburukan apapun yang menimpamu itu dari dirimu
sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul
kepada manusia. Dan cukuplah Allah yang menjadi saksi.
Bersyukurlah
kita ketika mendapat kebaikan serta bersabar dan perbaikilah diri ketika
memperoleh keburukan. Dengan demikian , kita akan mampu menjadi lakon kehidupan ini sesuai
tuntunan Allah dan rasul-Nya.