Kamis, 20 Maret 2014

PEKALONGAN – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Pekalongan akan segera mendata warga yang menjadi target pemberian obat massal pencegahan (POMP) filariasis atau keki gajah. Pendataan warga akan dilakukan oleh Tenaga Pelaksana Eliminasi (TPE) filariasis yang telah disiapkan Dinkes Kota Pekalongan. menurut Kepala Bidang (Kabid) Pengawasan Pengendalian dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinkes, Tuti Widiyati, para petugas TPE terlebih dahulu akan dilatih sebelum melakukan pendataan warga yang menjadi target program POMP filariasis tersebut.
Kami akan memberikan pelatihan teknis bagi petugas TPE> setelah itu, petugas TPE akan melakukan pendataan warga yang menjadi target program pemberian obat massal pencegahan filariasis,” terang dia. Pemberian obat massal pencegahan filariasis tahun ini merupakan tahap ketiga yang dilaksanakan Dinas Kesehatan Kota Pekalongan untuk memutus rantai penyebaran penyakit tersebut. Rencananya, pencanangan pemberian obat massal pencegahan filariasis akan dipusatkan di kelurahan Pasirsari, Kecamatan Pekalongan Barat pada 12 Juni mendatang.
Seluruh Penduduk
Tuti menejelaskan, sasaran POMP filariasis adalah seluruh penduduk Kota Pekalongan, kecuali apabila ada kondisi kesehatan yang memerlukan penundaaan. Penduduk yang ditunda pemberian obat pencegahan filariasis tersebut, lanjut dia, antara lain anak yang berusia kurang dari dua tahun, ibu hamil dan ibu menyusui, penderita penyakit kronis, anak dengan gizi butuk serta penduduk usia lanjut.
Sementara itu, obat yang akan diberikan kepada masyarakat dalam program POMP filariasis, saat ini sudah siap. “Obat sudah ada di instalasi farmasi Kota Pekalongan, tinggal dikemas,” jelas Tuti. Nantinya, obat pencegah filariasis itu akan dikemas ke dalam tiga paket. Yakni paket obat untuk usia 2-5 tahun, 6-14 tahun dan lebih dari 14 tahun. Satu paket obat terdiri atas DEC (diethylcarbamazine), albendazole dan paracetamol. Namun, dosisnya berbeda – beda tergantung usia. (K30-69)

(SUMBER : SUARA MERDEKA, 22-03-2013)
Jakarta, 31 Agustus 2013
Sebanyak 11 dari 20 jenis Neglected Tropical Disease (NTD) terdapat di Indonesia, yaitu Filariasis, Kecacingan, Schistosomiasis, Dengue Haemorrhagic Fever (DHF), Rabies, Frambusia, Lepra, Japanese B. Encephalitis, Cysticercosis, Fasciolopsis, dan Anthrax.
Demikian disampaikan Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kemenkes RI, Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama, Sp(K), MARS, DTM&H, DTCE, usaii memimpin Rapat Lintas Sektor mengenai Penanggulangan Filariasis dan Kecacingan di Jakarta (28/8).
Diperlukan komitmen bersama untuk mengeliminasi filariasis dan kecacingan di Indonesia, ujar Prof. Tjandra.
Prof Tjandra menyatakan bahwa penanggulangan filariasis meliputi tiga komponen, yaitu: 1) Mass Drug Administration (MDA) dan Pemberian Obat Massal untuk Pencegahan (POMP); 2) Penanganan kasus dan pencegahan kecacatan; dan 3) Penanggulangan vektor.
Saat ini, terdapat 302 Kabupaten/Kota endemis filariasis di Indonesia. Dari jumlah tersebut, 32 Kabupaten/Kota telah menyelesaikan MDA-POMP dan 87 Kabupaten/Kota lainnya sedang menjalani MDA-POMP, sementara sisanya belum memulai MDA-POMP, jelas Prof. Tjandra.
Prof. Tjandra menambahkan bahwa WHO telah menyediakan obet untuk filaria, namun masih diperlukan anggaran untuk operasionalnya. Diharapkan pada 2014, sebanyak 50 juta orang dapat terlindungi dengan meminum obat pencegahan filaria.
Sementara itu, angka kecacingan di Indonesia adalah 28%. Kegiatan penanggulangan kecacingan dapat dilakukan dengan: 1) Pemberian vitamin A (untuk Balita); 2) Diintegrasiakn bersama program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dan Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS); serta 3) Melibatkan anggota pramuka dalam upaya menyosialisasikan pencegahan kecacingan.
Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI. Informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui hotline 500-567; SMS 081281562620, faksimili: (021) 52921669, website www.depkes.go.id dan alamat e-mail kontak@depkes.go.id.
sumber : Depkes.go.id